Menyebut Nama Nabi Muhammad ﷺ Tanpa Gelar Sayyidina - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Senin, 29 Januari 2018

Menyebut Nama Nabi Muhammad ﷺ Tanpa Gelar Sayyidina

Aku pernah ditanya oleh salah seorang teman,”Kalau memang menghormati dan memuliakan Rosulullah Muhammad ﷺ, kenapa kalau menyebut nama beliau, tidak diberi gelar sayyidina, maulana atau yang lain dari gelar-gelar yang baik. Bukankah kalau hanya menyebut namanya saja berarti tidak menghormatinya, bahkan termasuk penghinaan dan pelecehan kepada beliau? sedangkan Allah ﷻ melarang kita memanggil beliau dengan panggilan seperti panggilan kita kepada teman kita?”  Kemudian dia menyebutkan firman Allah ﷻ :
لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضاً
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain.” (QS. an-Nur : 63)

Itulah sekelumit syubhat tentang penghormatan dan pemuliaan kepada Nabi ﷺ. Sehingga dengan syubhat ini, ada yang berani merubah ajaran Nabi Muhammad ﷺ, seperti mengubah sholawat dalam sholat dengan tambahan kata sayyidina.

Menghormati dan memuliakan Rosulullah Muhammad  ﷺ adalah kewajiban bagi setiap muslim. Namun, penghormatan dan pemuliaan kepada beliau bukanlah dengan mengkultuskan beliau sampai pada taraf menganggapnya sebagai sesembahan, seperti berdo’a memohon keberkahan kepada beliau, mendatangi kubur beliau dengan tujuan memohon pertolongan dan kemuliaan kepada beliau. wewenang seperti ini adalah hak mutlak Allah tuhan semesta alam. 

Yang benar,  menghormati dan memuliakan beliau ﷺ harus sesuai dengan syaria’t yang diajarkan oleh Allah ﷻ dan rosulNya, yaitu  dengan mengakui bahwa beliau adalah benar-benar nabi utusan Allah, mentaati dan tidak menyelisihi setiap ajaran beliau.
Orang-orang yang paling mencintai Nabi Muhammad ﷺ adalah para sahabat. Namun kecintaan mereka kepada Nabi ﷺ bukanlah kecintaan yang melebihi batas yang melanggar syari’at. Ketika mereka memanggil nama Nabi  ﷺ maka mereka tidak memanggil dengan sebutan namanya, ya Muhammad tetapi mereka menggunakan panggilan kehormatan, ya Rosulullah. Namun ketika mereka mengkhabarkan dan menyebut nama nabi kadangkala ada diantara mereka menyebutkannya tanpa gelar atau laqob tertentu tapi hanya menyebutkan nama beliau. Salah satunya adalah ucapan Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu atau Ibnu Mas’ud dalam atsar berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الصَّحِيفَةِ الَّتِي عَلَيْهَا خَاتَمُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَقْرَأْ هَذِهِ الآيَاتِ: {قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ} الآيَةَ إِلَى قَوْلِهِ - {لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata,”Barangsiapa yang suka melihat lembaran yang terdapat stempel Muhammad maka hendaklah dia membaca ayat Ini,’Katakanlah: ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu’  sampai pada ayat,’ agar kalian bertakwa’(HR. At-Turmudzi dalam as-Sunan no.3070, dinilai dho’if  oleh Syaikh Al-Albani)

Dalam memberikan penjelasan terhadap atsar ini, Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsai
min rohimahullah berkata:
وقوله: "محمد صلى الله عليه وسلم ": أي: رسول الله محمد بن عبد الله الهاشمي القرشي صلى الله عليه وسلم وهذا التعبير من ابن مسعود يدل على جواز مثله، مثل: قال محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم، ووصية محمد صلى الله عليه وسلم ولا ينافي قوله تعالى: { لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضاً } لأن دعاء الرسول هنا أي: مناداته، فلا تقولوا عند المناداة: يا محمد! ولكن قولوا: يا رسوله الله! أما الخبر، فهو أوسع من باب الطلب، ولهذا يجوز أن تقول: أنا تابع لمحمد صلى الله عليه وسلم، أو اللهم! صل على محمد، وما أشبه ذلك.
Dan ucapan beliau (Abdullah bin Mas’ud),’Muhammad ﷺ, yaitu Rosulullah Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi Al-Qurosyi ﷺ’ Ungkapan dari Ibnu Mas’ud ini menunjukkan bolehnya ungkapan seperti ini, misalnya Muhammad Rosulullah ﷺ bersabda, Wasiat Muhammad ﷺ. Hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah Ta’ala,’  Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain.’ (QS. an-Nur : 63) karena panggilan kepada rosul di sini adalah memanggilnya, maka jangan katakan ketika kalian memanggil,’ ya Muhammad!,’ tapi katakanlah,’Wahai Rosulullah! Adapun bentuk khobar (pemberitaan), maka hal itu lebih luas daripada masalah pemanggilan. Oleh sebab itu, boleh kamu berkata,’saya mengikuti Muhammad ﷺ atau ya Allah, semoga Engkau memberi sholawat kepada Muhammad atau sejenisnya.’ (Majmu’ul Farid : 1/36)

Atsar Ibnu Mas’ud di atas dinilai hasan oleh imam at-Turmudzi, namun dinilai dhoif oleh syaikh al-Albani. Meskipun demikian, seandainya dianggap dhoif, maka atsar tersebut masih tetap bisa dijadikan hujjah tentang bolehnya menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ tanpa gelar sayyidina atau gelar lainnya karena didukung oleh oleh ucapan-ucapan para sahabat lainnya, diantaranya:

1.    Pidato Abu Bakar as-shidiq rodhiyallahu ‘anhu Ketika Rosulullah wafat, beliau berkata:

أَلا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ
“Ingatlah, barangsiap yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak mati.”(HR. Bukhori no. 3668)

2.    Ucapan Ibnu Umar atau Abdullah bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma
عَنْ زِيَادِ بْنِ جُبَيْرٍ، قَالَ: رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَتَى عَلَى رَجُلٍ قَدْ أَنَاخَ بَدَنَتَهُ يَنْحَرُهَا قَالَ: «ابْعَثْهَا قِيَامًا مُقَيَّدَةً سُنَّةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»،
Dari Ziyad bin Jubair, dia berkata,”Aku melihat Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘anhuma mendatangi lelaki yang sedang menderumkan unta untukmenyembelihnya, lalu beliau berkata,’Biarkanlah dia berdiri dan terikat sebagaimana sunnah Muhammad ﷺ.” (HR. Bukhori:1713)

3.    Ucapan Abdullah bin Abbas rodhiyallahu ‘anhuma atau Ibnu Abbas.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ مُعَاوِيَةُ: أَنْتَ عَلَى مِلَّةِ عَلِيٍّ؟ قُلْتُ: «وَلَا عَلَى مِلَّةِ عُثْمَانَ، أَنَا عَلَى مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Dari Ibnu Abbas,” Mu’awiyah berkata,’Apakah engkau mengikuti agama Ali?’ Maka aku menjawab,’Bukan pula aku mengikuti agama Utsman, namun, aku mengikuti agama Muhammad ﷺ.”(Al-Ibanah Al-Kubro li Ibni Batthoh:1/354 no 237, diriwayatkan pula oleh Al-Bushiri dalam Ithaf Al-Khiirotil Maharoh: 1/235 no.339, al-Bushiri mengatakan,” Ini adalah isnad yang rijal-rijalnya tsiqot (terpercaya)”)

4.    Perkataan Hudzaifah bin Al-Yaman rodhiyallahu ‘anhu.
عَنْ حُذَيْفَةَ، رَأَى رَجُلًا لاَ يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلاَ سُجُودَهُ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ: «مَا صَلَّيْتَ؟» قَالَ: وَأَحْسِبُهُ قَالَ: «لَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Dari Abu Wa’il dari Hudzaifah,’ bahwasanya dia melihat seseorang yang tidak menyempurnakan sujud dan ruku’nya, maka ketika selesai sholat, Hudzaifah berkata kepadanya,’Sholat apa kamu?’ Abu Wail berkata,’Aku menduga beliau berkata,’Sekiranya engkau mati, maka engkau mati di atas selain sunnah Muhammad ﷺ.’(HR. Bukhori no. 389)

Jadi, menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ tanpa gelar sayyidina atau gelar lain adalah boleh dan bukan termasuk merendahkan derajat beliau, karena orang yang paling mencintai beliau yaitu para sahabat pernah melakukannya. Bahkan kalau sampai mengubah ajaran yang seharusnya bersifat tauqifiyyah (tidak boleh dirubah) seperti mengubah kalimat sholawat  dalam sholat dengan menambahi kata sayyidina, maka hal ini termasuk tindakan mengada-adakan ajaran beliau (bid’ah) dan termasuk tindakan lancang kepada beliau, Karena sebaikbaik umat yang mencintai beliau, yaitu para sahabat rodhiyallahu’anhum tidak pernah melakukannya. Wallahu a’lam bis Showab.

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Petang di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Senin, 14 Jumadil ula 1439 H/ 29 Januari 2018 M 2018 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.