Do’a Mendengar Petir Atau Guntur (Bagian kedua) - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Rabu, 04 Januari 2017

Do’a Mendengar Petir Atau Guntur (Bagian kedua)

Telah berlalu dalam pembahasan bagian pertama (klik di sini) tentang dalil doa’ ketika mendengar petir. Dalam pembahasan bagian kedua ini akan dibahas beberapa atsar sahabat.

Dalil Kedua

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ تَرَكَ الْحَدِيثَ وَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي {يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ} [الرعد: 13] ، ثُمَّ يَقُولُ: إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ شَدِيدٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ

Dari Abdullah bin Zubair, bahwasanya ketika beliau mendengar petir, beliau berhenti berbicara lalu mengucapkan:

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ

Maha suci dzat yang petir bertashbih memuji-Nya, begitu pula para malaikat karena takut kepada-Nya. (QS. ar-Ro’du: 13) kemudian beliau berkata,’Ini adalah ancaman yang dahsyat bagi penduduk bumi.’

Takhrij Atsar

Dikeluarkan oleh Imam Malik Dalam Al-Muwatto’  no. 3641, Imam Ahmad dalam Az-Zuhd no.1115, Imam Bukhori dalam Adabul Mufrod no. 723, Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro no. 6471 (3/505), Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no.29214 (6/27), Ibnu Abid Dun-ya dalam al-Mathoru wa ar-Ro’du wa al-Barqu no.97 . semuanya dari jalan Malik bin Anas dari Amir bin Abdillah dari Abdullah bin Zubair secara mauquf (berhenti pada sahabat).

Dishohihkan oleh Imam Nawawi  dalam Khulasotul Ahkam ( 2/888) dan al-Adzkar hal. 181, Ibnul Mulaqqin  dalam Tuhfatul Muhtaj (1/567), dan Syaikh al-Albani dalam Shohih Adabil Mufrod no. 560 dan Takhrij Kalam At-Toyyib no.157.

Dalil Ketiga

حَدَّثَنَا سَعِيدٌ قَالَ: نَا سَلَّامٌ الطَّوِيلُ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ فُلَانٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " مَنْ سَمِعَ صَوْتَ الرَّعْدِ، فَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فَإِنْ أَصَابَتْهُ صَاعِقَةٌ فَعَلَيَّ دِيَتُهُ "

Telah menceritakan kepada kami Sa’id, dia berkata telah menceritakan kepadaku Salam at-Thowil, dari Tsaur bin Yazid, dari Abdur Rohman bin Fulan, dari Ibnu Abbas, dia berkata,” Barangsiapa yang mendengar suara petir, lalu dia bedo’a:
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
‘Maha suci dzat yang petir bertashbih memuji-Nya, begitu pula para malaikat karena takut kepada-Nya , Dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu’ Maka jika dia tertimpa petir maka jaminannya adalah kepadaku.”(At-Tafsir min Sunan Sa’id bin Manshur:5/432, no 1165)

Atsar ini lemah karena dalam sanadnya terdapat Salam at-Thowil dan Abdur Rohman bin Fulan. Ibnu Adi rohimahullah berkata tentang Salam at-Thowil:

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عِصْمَةَ، حَدَّثَنا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي يَحْيى، قَالَ: سَمِعْتُ يَحْيى بْنَ مَعِين يَقُولُ سلام الطويل ضعيف الحديث قال وسمعتُ أحمد بن حنبل يقول سلام الطويل منكر الحديث.

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Ishmah, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abi Yahya, dia berkata,”Aku mendengar Yahya bin Ma’in berkata,’Salam at-Thowil hadistnya lemah.’ Ia berkata,’Dan aku mendengar Ahmad bin Hanbal berkata,’Salam At-Thowil hadistnya mungkar.’”(Al-Kamil Fi Duafa’ir Rijal: 4/306)

Beliau juga berkata:

سمعتُ ابْن حماد يقول: قال البُخارِيّ سلام بْن سلم السعدي الطويل عن زَيْد الْعَمِيّ تركوه.
وقال النَّسائِيُّ، فيما أخبرني مُحَمد بن العباس، عنه: قال سلام بْن سلم متروك الحديث.

Aku mendengar Ibnu Hammad berkata,”Al-Bukhori berkata,’Salam bin salam as-Sa’di at-Thowil dari Zaid al-Ammi mereka meninggalkannya.’ Dan an-Nasa’I berkata sebagaimana yang dikhabarkan kepadaku oleh Muhammad bin al-Abbas, darinya,”Dia berkata,’Salam at-Thowil Matrukul Hadist (hadistnya ditingggalkan).”(Ibid)
Milikilah shahih tafsir ibnu katsir edisi bahasa indonesia
Sedangkan Abdur Rohman bin Fulan, Di dalam tahqiq At-Tafsir min Sunan Sa’id bin Manshur, Dr. Sa’ad bin Abdullah bin Abdul Aziz Alu Humaid berkata:

لم أهتد إليه، وقد روى ثور بن يزيد عن أربعة ممن اسمه: ((عبد الرحمن)) ، وهم: عبد الرحمن بن جُبير بن نُفير، وعبد الرحمن بن سَلْم، وعبد الرحمن بن عائذ، وعبد الرحمن بن ميسرة كما في ((تهذيب الكمال)) (4 / 419) ، ولكن لم أجد أحدًا منهم ذُكر أنه يروي عن ابن عباس، وبكل حال فمعرفته لا تنفع ولا تضر، فإلإسناد هالك لأجل سلاّم الطويل.

“Aku belum mendapatinya, Tsaur bin Yazid telah meriwayatkan darri empat orang yang namanya Abdur Rohman, yaitu: Abdur Rohman bin Jubair bin Nufair, Abdur Rohman bin Salam, Abdur Rohman bin ‘Aidz dan Abdur Rohman bin Maisaroh sebagaimana dalam Thadzibul Kamal: 4/319, tetapi aku belum menemukan salah seorang diantara mereka yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Bagaimanapun juga mengetahuinya tidaklah memberikan manfaat dan kerugian karena sanad Atsar ini hancur sebab Salam at-Thowil.” (tahqiq At-Tafsir min Sunan Sa’id bin Manshur: 5/423, no 1165)

Beliau juga berkata tentang atsar ini:

سنده ضعيف جدًّا لما تقدم عن سَلاَّم بن سُليم الطويل.
“Sanadnya sangat lemah sebab Salam at-Thowil sebagaimana yang tekalah lalu.”(Ibid)

Jadi do’a yang shohih adalah tanpa tambahan’ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ’.

Dalil Keempat

حَدَّثَنَا بِشْرٌ قَالَ: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ: حَدَّثَنِي الْحَكَمُ قَالَ: حَدَّثَنِي عِكْرِمَةُ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ إِذَا سَمِعَ صَوْتَ الرَّعْدِ قَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحْتَ لَهُ، قَالَ: إِنَّ الرَّعْدَ مَلَكٌ يَنْعِقُ بِالْغَيْثِ، كَمَا يَنْعِقُ الرَّاعِي بِغَنَمِهِ

Telah menceritakan kepada kami Bisyr, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Musa bin Abdul Aziz, dia berkata telah menceritakan kepadaku ikrimah, “Bahwasanya Ibnu Abbas jika mendengar suara petir beliau berdo’a:

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحْتَ لَهُ

‘Maha suci Dzat yang engkau (petir) bertashbih kepada-Nya.’ Beliau berkata,’Sesungguhnya petir itu adalah malaikat yang berteriak menghalau hujan sebagaimana penggembala yang berteriak menghalau kambingnya.’  (AR. Bukhori dalam adabul Mufrod:722, dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohih Al-Adab Al-Mufrod no. 559)

Fatwa-Fatwa Ulama Tentang Do’a Dari atsar yang shohih Ini:

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahullah ditanya:

ماذا يجب على المسلم أن يفعله عند نزول المطر أو سماع الرعد ومشاهدة البرق؟

“Apa yang wajib dilakukan seorang muslim ketika turun hujan atau mendengar petir dan melihat kilat?

Maka beliau menjawab:

إذا سمع الرعد يقول: " سبحان من سبح الرعد بحمده والملائكة من خيفته " جاء هذا عن الزبير وعن بعض السلف، فإذا قال المؤمن ذلك فحسن.
أما عند نزول المطر فيقول: " اللهم صيبا نافعا مطرنا بفضل الله ورحمته " هكذا جاءت الأحاديث عن الرسول صلى الله عليه وسلم.

“Ketika dia mendengar petir maka berdo’a:

سبحان من سبح الرعد بحمده والملائكة من خيفته

‘Maha suci dzat yang petir bertashbih memuji-Nya, dan para malaikat bertashbih pula karena takut kepada-Nya’
Do’a ini berasal dari az-Zubair dan sebagian salaf, jika orang mukmin mengucapkannya maka perbuatan itu baik. Adapun ketika turun hujan maka dia berdo’a:

اللهم صيبا نافعا مطرنا بفضل الله ورحمته

‘Ya Allah semoga menjadi hujan yang bermanfaat, kami diberi hujan dengan karunia dan rohmat Allah’
Demikianlah do’a yang berasal dari rosulullah n.
(Majmu’ Fatawa Ibni Baz: 13/86)

فأما البرق فهذا فلا أذكر شيئاً في هذا لا أذكر شيئاً يقال عند رؤية البرق لا أعلم شيئاً من السنة في هذا.

“Maka adapun Kilat maka aku tidak menyebutkan sedikitpun dalam masalah ini, aku tidak menyebutkan sedikitpun perkataan ketika melihat kilat, aku tidak mengetahui sedikitpun dari as-Sunnah tentang masalah ini.”(http://www.binbaz.org.sa/mat/11445)

Komisi Fatwa situs www.islamweb.com berkata:

فمن عمل بهذا اقتداءً بهذا الصحابي فلا بأس بذلك، ولا نعلم شيئاً ثابتاً فيه مرفوعاً إلى النبي صلى الله عليه وسلم.
والله أعلم.
Maka barang siapa mengamalkan do’a ini karena mengikuti sahabat ini maka tiada mengapa, dan kami tidak mengetahui sedikitpun do’a yang tsabit (tetap) marfu’ (terangkat) kepada Nabi.”(Fatawa as-Syabakah al-Islamiyah:10/1395)

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Ba’da Ashar di sudut utara kabupaten Lamongan Jatim, Senin, 4 Robi’uts Tsani 1438 H/ 2 Januari 2017 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.