Hukum-hukum Tentang Anjing - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Kamis, 19 Januari 2017

Hukum-hukum Tentang Anjing

Dalam postingan sebelumnya (kesetiaan Seekor Anjing), telah dibahas hukum memelihara anjing. Dalam postingan berikut akan dibahas hukum –hukum terkait dengan anjing.

a.    Anjing Penjaga rumah
Para ahli ilmu berselisih tentang boleh tidaknya menggunakan anjing untuk hal-hal yang bermanfaat selain tiga jenis anjing yang disebutkan dalam hadist. Sebagian berpendapat tidak bolehnya memelihara anjing kecuali untuk tiga jenis yang disebutkan dalam hadist. Syaikh Abdullah bin Sholeh Al-Fauzan berkata:

ظاهر الحديث أن جواز الاقتناء مقصور على الأنواع الثلاثة, وعليه فلا يجوز اقتناؤه لحفظ المنازل في المدن و حراستها, وهذا مذهب الحنابلة, وظاهر المنقول عن الإمام مالك, وهو أحد الوجهين عن الشافعية, لأن الحديث ظاهر في الحصر, وما جاء بصيغة الحصر لا يخرج منه شيء إلا بنص صحيح يجب الرجوع إليه من كتاب أو سنة, و لأن اقتناء الكلاب في البيوت يؤذي المارة و يؤذي الجيران بخلاف الصحراء.
“Dzohir hadist menunjukan bahwa bolehnya memiliki anjing terbatas kepada tiga jenis, oleh sebab itu, maka tidak boleh memilikinya untuk menjaga rumah di perkotaan, dan ini madzhab Hanabilah, dan dzohir nukilan dari Imam Malik, dan salah satu pendapat dari kalangan Syafi’iyyah. Karena dzohir hadist membatasinya, Sedangkan  hadist dengan bentuk pembatasan maka tidak boleh keluar dari pembatasannya kecuali dengan nash yang shohih dari kitab dan sunnah yang harus merujuk kepadanya. Juga karena memiliki anjing di rumah akan mengganggu orang yang lewat, para tetangga. Ini berbeda kalau memilikinya di daerah luar pemukiman.”(Minhatul ‘Alam:9/219)

Sedangkan yang lain berpendapat membolehkan dengan jalan qiyas memelihara anjing yang bermanfaat dan memiliki maslahat bagi masyarakat. Imam Nawawi rohimahullah berkata:

وَهَلْ يَجُوزُ لِحِفْظِ الدُّورِ وَالدُّرُوبِ وَنَحْوِهَا فِيهِ وَجْهَانِ أَحَدُهُمَا لَا يَجُوزُ لِظَوَاهِرِ الْأَحَادِيثِ فَإِنَّهَا مُصَرِّحَةٌ بِالنَّهْيِ إِلَّا لِزَرْعٍ أَوْ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ وَأَصَحُّهَا يَجُوزُ قِيَاسًا عَلَى الثَّلَاثَةِ عَمَلًا بِالْعِلَّةِ الْمَفْهُومَةِ مِنَ الْأَحَادِيثِ وَهِيَ الْحَاجَةُ
“Apakah boleh menjaga rumah, gerbang dan sejenisnya dengan anjing? Maka ada dua pendapat, yang satu berpendapat tidak boleh karena dzohir hadist menjelaskan larangannya kecuali untuk menjaga tanaman, berburu atau menjaga ternak. Dan yang paling benar adalah boleh berdasarkan qiyas terhadap tiga jenis anjing tersebut, juga berdasarkan ‘Illah (sebab)  yang difahami dari hadist-hadist itu, yaitu kebutuhan.”(Al-Minhaj : 10/236)

Al-Hafidz Ibnu Abdil Bar rohimahullah berkata:

وفي معنى هذا الحديث تدخل عندي إباحة اقتناء الكلاب للمنافع كلها ودفع المضار إذا احتاج الإنسان إلى ذلك إلا أنه مكروه اقتناؤها في غير الوجوه المذكورة في هذه الآثار لنقصان أجر مقتنيها
“Dalam kandungan makna hadist ini menurutku, bolehnya memiliki anjing untuk tujuan semua yang bermanfaat dan menolak bahaya jika manusia membutuhkannya. Namun, hukumnya makruh bila memilikinya untuk selain tujuan yang disebutkan dalam atsar ini, disebabkan berkurangnya pahala pemiliknya,”(At-Tamhid: 14/219)

Yang rojih (kuat) dari dua pendapat tersebut adalah pendapat pertama, karena dzohir hadist menunjukkan pembatasan. Dan keluar dari batasan ini harus berdasarkan dalil yang shohih.
Ibnu Qudamah rohimahullah berkata:

وَإِنْ اقْتَنَاهُ لِحِفْظِ الْبُيُوتِ، لَمْ يَجُزْ؛ لِلْخَبَرِ. وَيَحْتَمِلُ الْإِبَاحَةَ. وَهُوَ قَوْلُ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ؛ لِأَنَّهُ فِي مَعْنَى الثَّلَاثَةِ، فَيُقَاسُ عَلَيْهَا. وَالْأَوَّلُ أَصَحُّ؛ لِأَنَّ قِيَاسَ غَيْرِ الثَّلَاثَةِ عَلَيْهَا، يُبِيحُ مَا يَتَنَاوَلُ الْخَبَرُ تَحْرِيمَهُ.
“Dan jika memilikinya untuk menjaga rumah maka tidak boleh berdasarkan hadist. Dan kemungkinan lain boleh menurut pendapat pengikut as-Syafi’i karena ia masuk dalam makna tiga jenis anjing berdasarkan qiyas. Pendapat yang pertamalah yang paling benar karena mengiyaskan selain tiga jenis anjing tersebut akan membolehkan anjing yang diharamkan oleh hadist tersebut.”(al-Mughni: 4/191)

Syaikh Abdullah bin Sholeh Al-Fauzan berkata:

والقول الأول هو الراجح لما تقدم, فإن الرسول ﷺ أعطي جوامع الكلم, ولو كان المراد مطلق الحراسة لأتى بلفظ شامل, و لم يخص الزرع  و الماشية, فلما خصهما دل على انتفاء الحكم عما عداهما, و لأن البيوت يمكن حفظها بالأبواب و الأغلاق, والقول بالجواز يفضي إلى تساهل الناس في اتخاذ الكلاب كما حصل من بعض المتشبهين بالكفار في زماننا هذا, لكن ما كان بعيدا عن العمران فالقول بالجواز فيه لا يخلو من وجاهة.
“Dan pendapat yang pertamalah yang rojih sebagaimana yang telah lalu. Sesungguhnya Rosulullah ﷺ  dianugerahi Jawami’ul kalim (Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna), seandainya yang dikehendaki adalah semua anjing penjaga, tentu akan menggunakan lafadz umum dan tidak mengkhususkan tanaman dan ternak. Tatkala mengkhususkan keduanya berarti menunjukkan tidak berlakunya hukum untuk selain kedua jenis anjing. Begitu juga rumah bisa dijaga dengan pintu dan palang pintu. Sedangkan pendapat yang membolehkan, akan menyebabkan orang-orang sembrono memelihara anjing sebagaimana yang terjadi pada sebagian orang yang meniru orang kafir pada zaman kita sekarang ini. Namun selama jauh dari pemukiman maka pendapat yang membolehkan lebih memiliki keunggulan.”(Minhatul ‘Alam:9/219)

Sementara Syaikh Utsaimin mengkompromikan dua pendapat tersebut. Beliau berkata:

وعلى هذا فالمنزل الذي يكون في وسط البلد لا حاجة أن يتخذ الكلب لحراسته، فيكون اقتناء الكلب لهذا الغرض في مثل هذه الحال محرما لا يجوز وينتقص من أجور أصحابه كل يوم قيراط أو قيراطان، فعليهم أن يطردوا هذا الكلب وألا يقتنوه، أما لو كان هذا البيت في البر خاليا ليس حوله أحد فإنه يجوز أن يقتنى الكلب لحراسه البيت ومن فيه، وحراسة أهل البيت أبلغ في الحفاظ من حراسة المواشي والحرث.
“Berdasarkan ini (larangan memelihara anjing selain tiga jenis-pent) maka rumah yang berada di tengah pemukiman, tidak memerlukan anjing untuk menjaganya. Maka memiliki anjing untuk tujuan ini, dalam keadaan seperti ini, maka haram, tidak boleh karena akan mengurangi pahala pemiliknya satu atau dua qiroth setiap hari. Oleh sebab itu, mereka harus mengusir anjing itu dan tidak memilikinya. Adapun kalau rumahnya berada di tengah rimba sendirian, tidak ada seorangpun di sekitarnya maka boleh memiliki anjing untuk menjaga rumah dan penghuninya. Menjaga penghuni rumah itu lebih penting daripada menjaga ternak dan ladang.”(Majmu’ Fatawa wa Rosa’il: 11/246)

b.    Anjing pelacak
Anjing pelacak adalah anjing yang biasa digunakan oleh polisi untuk melacak penjahat atau benda-benda berbahaya semacam bom dan narkoba.
Hukum memelihara anjing ini juga diperselisihkan para ulama’ sebagaimana anjing penjaga rumah. Namun, Syaikh Abdullah bin Sholeh Al Fauzan meskipun beliau menguatkan pendapat yang melarang memelihara anjing selain tiga jenis dalam hadist, beliau berkata:

وأما استعمال الكلاب في المصالح العامة للمسلمين مثل الكشف عن أماكن المخدرات فقد يقال بجوازه إذا غلبت الاستفادة منها, لشبهها بكلب الحراسة, لأن مثل هذه الكلاب لا تكون قريبة من الناس ككلب حراسة الدار لو قيل بجوازه, بل هي في أماكن بعيدة عن الناس, ولا ينال الناس منها أي َضرر
“Adapun pemanfaatan anjing untuk kemaslahatan umum kaum muslimin seperti untuk melacak tempat-tempat narkotika. Maka hal itu dibolehkan jika terdapat manfaat yang banyak, karena kemiripan anjing ini dengan anjing penjaga. Begitu pula, anjing seperti ini keberadaannya tidak dekat dengan manusia seperti anjing penjaga rumah sekiranya memang dibolehkan.  Bahkan anjing pelacak ini jauh dari manusia, dan manusia tidak terkena bahayanya.” (Minhatul ‘Allam : 9/219-220).

Syaikh Abdul Aziz ar Rojihi hafidzohullah berkata:

وأما الكلب البوليسي فقد يقال بجواز اقتنائه لما فيه من المصلحة أخذاً من قواعد الشريعة العامة، وقد يقال بجواز اقتنائه بالقياس على هذه الأمور الثلاثة من باب الأولى، لأن في اقتنائه مصلحة معرفة السارق ومعرفة الشيء المشتبه ونحو ذلك.
“Adapun anjing polisi, maka dibolehkan karena terdapat maslahat (kebaikan) berdasarkan kaidah-kaidah umum syari’at. Juga lebih pantas dibolehkan memilikinya, berdasarkan qiyas terhadap tiga jenis anjing. Karena memilikinya terdapat maslahat untuk mengetahui pencuri, sesuatu yang samar dan yang sejenisnya.”(Syarh Sunan An-Nasa’i: 4/21)

Jumhur Ulama’ juga membolehkan untuk memeliharanya. Dr. Hasamuddin bin Musa ‘Affanah berkata:

وقد أخذ جمهور أهل العلم من هذه الأحاديث تحريم اقتناء الكلاب لغير حاجة مشروعة. انظر المغني 4/ 191. ككلاب الصيد والحراسة وكلاب تتبع أثر اللصوص أو التي تكشف عن المخدرات ونحوها وأما عدا ذلك فيحرم اقتناؤها كما تدل على ذلك الأحاديث السابقة.
“Jumhur ahli ilmu berdasarkan hadist ini telah berpendapat tentang haramnya memelihara anjing selain tujuan yang disyari’atkan (lihat al-Mughni: 3/191),  seperti anjing pemburu, anjing penjaga dan anjing pelacak penjahat atau yang mengungkap narkotika dan sejenisnya. Adapun selain itu maka diharamkan memilikinya sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadist tadi.”(Fatawa Yasalunaka : 7/233)

c.    Anjing hitam
Anjing hitam adalah anjing yang diperselisihkan untuk dipelihara sebagai anjing pemburu. Imam Nawawi berkata:

وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ) اِحْتَجَّ بِهِ أَحْمَد بْن حَنْبَل وَبَعْض أَصْحَابنَا فِي أَنَّهُ لَا يَجُوز صَيْد الْكَلْب الْأَسْوَد الْبَهِيم ، وَلَا يَحِلّ إِذَا قَتَلَهُ لِأَنَّهُ شَيْطَان وإِنَّمَا حَلَّ صَيْدُ الْكَلْبِ وَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَمَالِكٌ وَجَمَاهِيرُ الْعُلَمَاءِ يَحِلُّ صَيْدُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ كَغَيْرِهِ وَلَيْسَ الْمُرَادُ بِالْحَدِيثِ إِخْرَاجُهُ عَنْ جِنْسِ الْكِلَابِ
“Ucapan Nabi ﷺ ‘Maka sesungguhnya ia adalah syetan’ merupakan hujjah bagi Imam Ahmad bin Hanbal dan sebagian Sahabat-sahabatku (madzhab Syafi’i-pent) bahwa tidak boleh makan hasil buruan anjing hitam legam. Dan juga, tidak halal buruannya, jika dia membunuhnya karena dia adalah syetan. Namun buruan anjing hitam halal seperti lainnya  menurut imam Syafi’i , Malik dan jumhur ulama’ , sedangkan yang dimaksud hadist bukanlah mengeluarkannya dari jenis anjing,”(Al-Minhaj : 10/237)

Yang rojih (kuat) adalah anjing hitam terlarang untuk dipelihara meskipun digunakan sebagai anjing pemburu karena dia adalah Syaiton. Sembelihan orang kafir saja haram, apalagi syetan yang jelas-jelas kekafirannya. Di samping itu,  Rosulullah  ﷺ juga menyuruh membunuhnya.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي، فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ، فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ، وَالْمَرْأَةُ، وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ» قُلْتُ: يَا أَبَا ذَرٍّ، مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنَ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ؟ قَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: «الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ»

Dari Abdullah bin as-Shomit, dari Abu Dzar, dia berkata,”Rosulullah ﷺ bersabda,’Jika salah seorang kalian sholat, maka akan melindunginya jika di depannya ada semacam sandaran yang berada di belakang kendaraan (sutroh).  Jika tidak ada sutorh, maka sholatnya akan diputus (dibatalkan) oleh Himar, wanita, dan anjing hitam. Aku bertanya,’Wahai Abu Dzar, apa beda anjing hitam dengan anjing merah atau kuning?’ Dia menjawab,’Wahai anak saudaraku, aku bertanya kepada Rosulullah ﷺ  sebagaimana pertanyaanmu, maka beliau menjawa,’Anjing hitam adalah syetan.”(HR. Muslim no. 510)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: إِنِّي لَمِمَّنْ يَرْفَعُ أَغْصَانَ الشَّجَرَةِ عَنْ وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقَالَ: «لَوْلَا أَنَّ الكِلَابَ أُمَّةٌ مِنَ الأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا، فَاقْتُلُوا مِنْهَا كُلَّ أَسْوَدَ بَهِيمٍ،
Dari Abdullah bin Mughoffal, dia berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang yang menyingkirkan ranting-ranting pohon dari wajah Rosulullah ﷺ, Beliau berpidato,’Seandainya Anjing itu bukanlah termasuk umat dari umat-umat yang ada, tentu aku akan memerintahkan membunuhnya, maka bunuhlah anjing yang berwarna hitam legam.’”(HR. Turmudzi: 1489, dinilai shohih oleh syaikh Al-Albani dalam sunan Turmudzi))

Imam Nawawi rohimahullah berkata:

وَقَالَ الْحَسَن الْبَصْرِيّ وَالنَّخَعِيّ وَقَتَادَة وَأَحْمَد وَإِسْحَاق : لَا يَحِلّ صَيْد الْكَلْب الْأَسْوَد لِأَنَّهُ شَيْطَان .

“Hasan al-Bashri, An-Nakho’i, Qotadah, Ahmad dan Ishaq berpendapat tidak halal buruan anjing hitam karena dia syetan.”(Al-Minhaj: 13/74)

Ibnu Abdil Bar rohimahullah berkata:

وَقَدْ قَالُوا إِنَّ الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ مِنِ الْكِلَابِ أَكْثَرُهَا أَذًى وَأَبْعَدُهَا مِنْ تَعْلِيمِ مَا يَنْفَعُ وَلِذَلِكَ رُوِيَ أَنَّ الْكَلْبَ الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ شَيْطَانٌ أَيْ بَعِيدٌ مِنَ الْمَنَافِعِ قَرِيبٌ مِنَ الْمَضَرَّةِ وَالْأَذَى وَهَذِهِ أُمُورٌ لَا تُدْرَكُ بِنَظَرٍ وَلَا يُوصَلُ إِلَيْهَا بِقِيَاسٍ وَإِنَّمَا يَنْتَهِي فِيهَا إِلَى مَا جَاءَ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Mereka berkata bahwa anjing hitam legam itu sering menyakiti dan sulit diajari seesuatu yang bermanfaat. Oleh sebab itu, telah diriwayatkan bahwa anjing hitam legam itu adalah syetan, artinya ia tidak bermanfaat, berbahaya dan penganiaya. Dan masalah ini tidak bisa diketahui melalui pendapat dan tidak bisa dijangkau dengan qiyas, namun semuanya merujuk kepada hadist yang dibawa oleh Rosulullah ﷺ .”(at-Tamhid: 14/229)

Abul Walid al-Baji rohimahullah berkata:

وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: يَجُوزُ صَيْدُ كُلِّ شَيْءٍ إلَّا صَيْدُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ الْبَهِيمِ وَبِهِ قَالَ النَّخَعِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ وَابْنُ رَاهْوَيْهِ
“Al-Hasan Al-Bashri berkata,’Buruan segala sesuatu itu boleh kecuali buruan Anjing hitam legam.’ Ini juga pendapat An-Nakho’i, Ibnu Hibban dan Ibnu Rohawaih.”(al-Muntaqo:3/123)

Imam Shon’ani rohimahullah berkata:

قال أحمد بن حنبل: لا يصح الصيد به ولا يؤكل صيده لأنه شيطان
“Ahmad bin Hanbal berkata,’berburu dengan anjing hitam itu tidak syah dan buruannya tidak dimakan karena dia syetan.’”(at-Tanwir:8/265)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rohimahullah berkata:

والكلب الأسود لا يحل صيده عند أكثر العلماء حتى لو كان معلما وأرسله صاحبه وسمى عليه فإنه لا يحل صيده لأنه شيطان
“Buruan anjing hitam tidak halal menurut kebanyakan para ulama’ meskipun dia anjing terlatih dan dilepas oleh pemiliknya dengan menyebut bismillah,  maka buruannya tidak halal karena dia syetan.”(Syarh Riyadhis Sholihin:6/429)

Syaikh Abdul Muhsin hafidzohullah berkata:

ورد ما يدل على أن الكلب الأسود البهيم شيطان، فلا يصلح أن يتخذ للصيد، ومعلوم أن كلاب الصيد كلاب خاصة، فليس كل كلب يصلح أن يكون للصيد.
“Telah ada hadist yang menunjukkan bahwa anjing hitam legam adalah syetan, maka tidak baik dijadikan anjing pemburu, telah diketahui bahwa anjing pemburu adalah anjing khusus maka tidak setiap anjing baik untuk berburu.”(Syarh SunanAbi Dawud:368/22)

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Saat mentari terbit di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Juma’t, 22 Robi’uts Tsani 1438 H/ 20 Januari 2017 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.