DO’A MOHON PERLINDUNGAN DARI MARABAHAYA - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Minggu, 14 Februari 2016

DO’A MOHON PERLINDUNGAN DARI MARABAHAYA

Setiap hari banyak bahaya mengintai kita. Namun Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam telah mengajari kita bagaimana berdo’a memohon perlindungan dari marabahaya dan kejahatan makhluk.

عن خولة بنت حكيم رضي الله عنها قالت سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ، حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ "

Dari Khoulah binti Hakim Rodhiyallahu anha. beliau berkata:”Aku mendengar Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam  bersabda,’barang siapa singgah di suatu tempat, kemudian mengucapkan:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

‘Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yag sempurna dari kejahatan yang Dia ciptakan’ maka dia tidak tertimpa bahaya apapun sampai dia pergi dari tempat tersebut’”(HR. Muslim:2708)

MAKNA KATA

1.    Makna أَعُوذُ

Makna أَعُوذُ adalah aku memohon perlindungan yang berarti isti’adzah. Imam Ibnu Katsir رحمه الله menjelaskan makna isti’adazh, beliau berkata:

والاستعاذة هي الالتجاء إلى الله تعالى وَالِالْتِصَاقُ بِجَنَابِهِ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ وَالْعِيَاذَةُ تَكُونُ لِدَفْعِ الشَّرِّ وَاللِّيَاذُ يَكُونُ لِطَلَبِ جلب الخير

“Isti’adzah adalah berlindung kepada Allah Ta’ala dan bertaut ke sisi-Nya dari kejahatan segala sesuatu yang berbahaya,  al- ‘iyadzah bermakna mohon perlindungan untuk menolak kejahatan sedangkan al-liyadz adalah bermakna mohon perlindungan untuk memperoleh kebaikan.”(Tafsir al-Qur’anul Adzim: 1/29)

2.    Makna بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ

Makna بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ adalah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Imam Abul Abbas Ahmad al-Qurtubi رحمه الله berkata:

قيل معناه : الكاملات اللاتي لا يحلقها نقص ، ولا عيب ، كما يلحق كلام البشر. وقيل معناه : الشافية الكافية . وقيل : الكلمات - هنا - هي : القران. فإنَّ الله تعالى قد أخبر عنه بانه هدى وشفاء ، وهذا الأمر على جهة الارشاد إلى ما يدفع به الأذى ، ولما كان ذلك استعاذة بصفات الله تعالى ، والتجاء إليه ، كان ذلك من باب المندوب إليه ، المرغب فيه . وعلى هذا فحق المتعوذ بالله تعالى ، وباسمائه وصفاته أن يصدق الله في التجائه إليه ، ويتوكل في ذلك عليه ، ويحضر ذلك في قلبه ، فمتى فعل ذلك وصل إلى منتهى طلبه ، ومغفرة ذنبه

“Dikatakan maknanya adalah kesempurnaan yang tidak memiliki kekurangan  dan kecacatan sebagaimana ucapan manusia yang memiliki. Dikatakan pula maknanya adalah sangat sempurna. Dikatakan lagi maknanya adalah al-Qur’an. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk dan obat. Perintah ini berdasarkan petunjuk untuk menolak keburukan. Ketika memohon perlindungan dengan sifat Allah ta’ala termasuk hal yang disunnahkan  dan dianjurkan, maka orang yang berlindung kepada Allah ta’ala dan dengan  nama-nama dan sifatnya haruslah jujur kepada Allah dalam memohon perlindungan dan bertawakkal kepadanya dan ia  harus menghadirkan hatinya. Ketika  dia telah melakukannya maka sampailah dia kepada tujuannya dan ampunan dosa.”(Al-Mufhim: 7/36)

3.    Makna مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Makna مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ  adalah dari kejahatan yang Allah ciptakan. Imam Ibnul Qoyyim berkata:

الاستعاذة من كل شر في أي مخلوق قام به الشر من حيوان أو غيره إنسيا كان أو جنيا أو هامة أو دابة أو ريحا أو صاعقة أي نوع كان من أنواع البلاء

“Yaitu memohon perlindungan dari setiap kejahatan makhluk apapun yang melakukan kejahatan, baik hewan, manusia, jin, binatang berbisa, binatang ternak atau yang lainnya. Atau angin, petir, atau jenis bencana lainnya.”(Bada’iul Fawaid:2/210)

SYARH HADIST

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rohimahullah Ta’ala berkata, “Sabda Beliau ‘Singgah di suatu tempat’ mencakup orang yang singgah di suatu tempat ketika dalam perjalanan untuk  itirahat makan siang, makan malam, tidur ataupun yang lainnya, maka ketika dia singgah, dia mengucapkan:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

 ‘Aku berlindung kepada kalimat Allah yag sempurna dari kejahatan yang Dia ciptakan’ maka dia tidak tertimpa bahaya apapun sampai dia pergi dari tempat tersebut’

Maknanya adalah aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Kalimat-kalimat Allah yang sempurna mencakup kalimat-kalimat kauniyah-Nya maupun syar’iyah. Adapun yang kauniyah, yaitu kalimat yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

‘Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia’ (QS.  Yaasin: 82)

Maka Allah Ta’ala akan menjagamu dengan kalimat-kalimat kauniyah-Nya serta akan  menjauhkanmu dari sesuatu yang membahayakannmu jika kamu mengucapkan do’a tersebut. Demikian pula kalimat-kalimat syar’iyah yang berupa wahyu. Di dalamya terdapat perlindungan dari setiap keburukan dan kejelekan, perlindungan dari kejelekan sebelum terjadi.  Adapun sebelum terjadi maka telah tetap dari Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam bahwasanya orang yang membaca ayat kursi pada suatu malam maka dia akan senantiasa mendapat perlindungan dari Allah dan tidak didekati oleh syetan sampai pagi  (HR. Bukhori: 2311). Adapun setelah pengaruh kejelekan terjadi maka telah tetap pula dari Nabi shollallahu alaihi wa sallam bahwasanya orang sakit yang dibacakan al-Fatihah, akan bisa sembuh sehingga tatkala seorang sahabat  membacakan surat al-Fatihah kepada  pemimpin suatu kaum yang tersengat binatang berbisa maka dia sembuh seketika (Bukhori:5737, Muslim:2201) karena al-Qur’an adalah obat.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

‘Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.’ (QS. Yunus: 57)
Wahai saudaraku muslim, ketika kalian singgah di suatu tempat baik di darat maupun laut atau tempat yang kamu ingin tidur, maka ucapkanlah:

أعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Maka tiada sesuatupun yang membahayakanmu sampai engkau pergi dari tempat tersebut. Wallahul muwaffiq”(Syarh Riyadhis Sholihin hal. 900)

FAEDAH HADIST

1.    Disyari’atkannya do’a isti’adzah ini (mohon perlindungan) ketika memasuki daerah atau singgah di suatu tempat. Maka tata cara inilah yang disyari’atkan bukan tata cara bid’ah dan syirik seperti membakar kemenyan, tumbal, selamatan nasi tumpeng atau menyembunyikan klakson ketika memasuki daerah yang dianggap angker demi “mendapat izin” dari jin menurut keyakinan mereka. Syaikh bin Abdur Rohman bin Hasan Alus Syaikh berkata:

قوله: " أعوذ بكلمات الله التامات " شرع الله لأهل الإسلام أن يستعيذوا به بدلا عما يفعله أهل الجاهلية من الاستعاذة بالجن

“Ucapan beliau’Aku berlindung kepada kalimat Allah yang sempurna’ adalah bermakna bahwa Allah telah mensyari’atkan kepada umat islam untuk memohon perlindungan kepada-Nya sebagai ganti dari perbuatan orang jahiliyyah yang memohon perlindungan kepada jin.”(Fathul Majid hal. 197)

2.    Menanamkan tauhid uluhiyyah, yaitu beristi’adzah (mohon perlindungan) hanya kepada Allah karena isti’adzah adalah ibadah yang hanya ditujukan kepada-Nya., Bila ditujukan kepada selain Allah maka menjadi musyrik. Allah berfirman:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا (6)

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia memohon perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan ketakutan.”(QS. al-Jin:6)

Syaikh bin Abdur Rohman bin Hasan Alus Syaikh رحمه الله berkata, “Isti’adzah (mohon perlindungan) termasuk ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah  ta’ala kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36)

“Dan jika syetan menggodamu dengan suatu godaan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Fushshilat (41): 36)
Dan ayat sejenisnya dalam al-Qur’an banyak sekali seperti firman-Nya:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)

“Katakanlah (wahai Rosul) aku berlindung kepada Rob waktu subuh”(QS. al-Alaq (113): 1)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1)

“Katakanlah (wahai Rosul) aku berlindung kepada Rob Manusia”(QS. an-Nas (114): 1)
Maka apapun yang merupakan ibadah kepada Allah, jika ditujukan kepada selain Allah maka termasuk syirik dalam beribadah. Barang siapa yang menujukan salah satu ibadah  kepada selain Allah maka dia telah membuat sekutu dalam beribadah kepada Allah, dan telah menentang Rob dalam ilahiyyah-Nya sebagaimana orang yang sholat karena Allah dan karena yang lain-Nya maka dia telah beribadah kepada selain Allah, tidak ada bedanya sama sekali.”(Ibid hal. 195)

3.    Disyariatkan untuk isti’adzah dengan asma’ dan sifat Allah. Syaikh Abdur Rohman bin Hasan Alus Syaikh berkata:

فشرع الله للمسلمين أن يستعيذوا بأسمائه وصفاته.

“Maka Allah telah mensyari’atkan kepada orang islam agar memohon perlindungan dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.”(Ibid hal. 197)

4.    Kalamullah atau kalimat Allah bukanlah makhluk karena dalam do’a isti’adzah tersebut terdapat permohonan perlindungan dengan kalimat Allah, sedangkan telah jelas bahwa mohon perlindungan terhadap makhluk adalah syirik. Oleh sebab itu al-Qur’an adalah kalam dan sifat Allah, bukan makhluk.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:“Dan do’a isti’adzah tidak syah  terhadap makhluk,’sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam ahmad dan Imam-Imam lainnya, dan itu merupakan dalil bagi mereka bahwa kalamullah bukan makhluk, dan karena telah dinyatakan dalam kitab shohih dan yang lainnya Dari Nabi ﷺ  (kemudian beliau menyebutkan hadist di atas-pent). Mereka berkata,’Dan do’a istiadzah tidak boleh dengan makhluk.’”(Iqtidho’ As-Shirotil Mustaqim:2/323)

5.    Keta’atan dan ketaqwaan kepada Allah akan berbuah pertolongan dan kebahagiaan. Sisi pendalilannya adalah ketika dia berdo’a kepada Allah dengan do’a ini maka dia telah ta’at dan bertaqwa kepada Allah karena telah melaksanakan syari’atnya. Dengan do’anya tersebut, dia memperoleh perlindungan dari marabahaya. Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(QS. at-Tholaq (65): 2-3)

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Ba’da Ashar di sudut barat laut kabupaten Lamongan Jatim, Ahad,05 Jumadil Ula 1437 H/ 14 Pebruari 2016 M

Referensi
  1. Al-Qur’anul Karim, Maktabah Syamelah.
  2. Al-Mufhim lima Asykala min talkhisi kitabi Muslim, Imam al-Hafdiz Abul Abbas Ahmad bin Umar al-Qurtubi, tahqiq Muhyiddin Dib Mustawa, Ysusf Ali Badiwi, Ah Muhammad as-Sayyid, Muhammad Ibrohim Nazzal, dar Ibni Katsir & Dar al-Kalam at-Toyyib, Damaskus & Beirut, cet pertama, 1417 H/1996.
  3. Bada’iul Fawaid, Muhammad bin bu Bakar Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah, Darul Kitab al-Arobi, Beirut, Libanon, Maktabah Syamelah.
  4. Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Abdur  Rohman bin Hasan Alus Syaikh, tahqiq Syaikh Muhammad Hamid al-Fiqi, Dar Ibni  ‘Ashomah, Beirut, Libanon, 1426 H/2005 M.
  5. Iqtido’ as-Shirotil Mustaqim limukholafati ashaabil Jahim, Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyyah, Tahqiq Nasir bin Abdul Karim al-Aql, Dar Alamil Kutub, Birut, Libanon, cet ketujuh, 1419 H/ 1999 M.
  6. Shohih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj Abul Hasan al-Qusyairi, Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Ihya’ut Turots, al-Arobi, Beirut, Maktabah Syamelah.
  7. Syarh Riyadhis Sholihin, Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, Dar al-Alamiyyah lin Nasyr wat Tauzi’, cet pertama, 1435 H/2014 M.
  8. Tafsir al-Qur’anul Adzim, Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurosyi, tahqiq Muhammad Husai syamsuddin. Maktabah Syamelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.