Itulah keyakinan sebagian masyarakat kolot di sekitarku yang masih berpegang teguh pada tradisi nenek moyang mereka, walaupun keyakinan tersebut tidak berdasarkan dalil syar’i yang benar.
Sebagai remaja belasan tahun yang belum berwawasan luas aku hanya menurut dan meletakkan anak tersebut alias tidak jadi memanggulnya. Namun dalam hatiku tidak mempercayai keyakinan tersebut.
Dan sekarang aku mengetahui bahwa keyakinan memanggul anak di atas pundak akan mengakibatkan anak tersebut durhaka atau kurang ajar adalah keyakinan khurofat dan takhayyul, yaitu keyakinan dusta yang tidak berdasarkan dalil syar’I yang benar. Malah keyakinan semacam itu berlawanan dengan dalil, karena Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggul cucunya di atas pundaknya.
عَنِ الْبَرَاءِ، قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ عَلَى عَاتِقِهِ، وَهُوَ يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ»
Dari al-Barro’, dia berkata,”Aku melihat Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam memanggul al-Hasan bin Ali diatas pundaknya sambil berkata,’Ya Allah sungguh aku mencintainya maka cintailah dia.’”(HR. Muslim:2422)Al-Imam an-Nawawi rohimahullah berkata dalam mengomentari hadist tersebut:
وَفِيهِ مُلَاطَفَةُ الصِّبْيَانِ وَرَحْمَتُهُمْ وَمُمَاسَّتُهُمْ
“Di dalam hadist ini terdapat sifat lemah lembut, kasih sayang dan sentuhan terhadap anak-anak.’(Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim: 15/194)Qodhi Iyadh rohimahullah berkata:
فيه ما كان - عليه السلام - من حسن الخلق والعشرة والتواضع، وحبه للحسن وحمله له، ورحمته للصبيان والرجال.
“Di dalam hadist ini menunjukkan Kebaikan akhlaq, keakraban dan kerendahan Rosulullah n serta kecintaan beliau terhadap Hasan dengan menggendongnya serta kasih sayang beliau terhadap anak-anak dan orang lain.”(Ikmalul Mu’lim:7/433)Oleh sebab itu memanggul anak di atas pundak adalah bentuk kasih sayang seperti yang pernah dilakukan Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam . Dan selayaknya mengikuti perbuatan tersebut sebagai bentuk ittiba’ terhadap Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam . Bukan malah menghindarinya atau melarangnya dengan keyakinan dan anggapan yang tidak berdasar. Sebab kalau dihindari malah akan berakibat yang tidak baik karena menyelisihi perbuatan Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam.
Kenyataannya, anak yang aku ceritakan tadi, setelah dewasa malah menjadi anak nakal dan kurang ajar. Si anak menjadi anggota gerombolan anak-anak yang suka mabuk-mabukan, jarang sholat dan tidak ikut puasa Romadlon. Semoga Allah mengampuni orang tuanya dan memberi hidayah terhadap anak tersebut.
Dan begitulah kenyataannya, kalau pendidikan tidak berdasarkan syari’at dan sunnah yang benar dan cenderung menyelisishi sunnah-sunnah Nabi maka hasilnya akan berantakan. Allah ta'ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.(QS. An-Nur: 63)Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Pagi nan cerah di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Kamis, 28 Dzul Hijjah 1437 H/ 29 September 2016 M
REFERENSI
1. Al-Qur’an Al-Karim, Maktabah Syamelah.
2. Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim bin al-Hajjaj, Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syarof An-Nawawi, Dar Ihya’it Turots al-Arobi, Beirut, cet. kedua, 1392 H, Maktabah Syamelah.
3. Ikmalul Mu’lim Bi Fawa’id Muslim, Abul Fadhl ‘Iyadh bin Musa bin ‘Iyadh, tahqiq Dr Yahya Ismail, Dar al-Wafa’ Li at-Tiba’ah Wa an-Nasy Wa at- Tauzi’, Mesir, cet. Pertama, 1419 H/ 1998 M, Maktabah Syamelah.
4. Shohih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj Abul Hasan al-Qusyairi, Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Ihya’ut Turots, al-Arobi, Beirut, Maktabah Syamelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.