KENAPA PARA SAHABAT TIDAK MENGHANCURKAN BERHALA ABU HAUL (SPHINX)? - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Selasa, 23 Februari 2016

KENAPA PARA SAHABAT TIDAK MENGHANCURKAN BERHALA ABU HAUL (SPHINX)?

Abul Haul atau sphinx adalah patung besar berkepala manusia dan bertubuh singa yang terdapat di negara Mesir. Patung ini adalah bukti paganisme orang-orang mesir kuno. Namun Kenapa para sahabat ketika menguasai Mesir tidak menghancurkan berhala Abu Haul (sphinx) simbol paginisme tersebut?

PARA NABI DAN PARA PENGUASA YANG SHOLEH MENGHANCURKAN BERHALA.

Islam adalah agama tauhid yang mengesakan Allah ﷻ dalam uluhiyyyah, rububiyyah dan asma’ wa sifat-Nya., oleh sebab itu para nabi dan orang-orang sholeh yang mengikuti jejak mereka selalu mendakwahkan tauhid dan mengingkari  kesyirikan. Hal ini mereka lakukan dengan menghancurkan simbol-simbol kesyirikan, baik berhala, patung , tempat-tempat penyembahan berhala atau tempat-tempat yang dianggap keramat.Berikut adalah bukti-bukti pengingkaran mereka terhadap simbol-simbol kesyirikan: 

1.    Nabi Nuh عليه السلام mengingkari penyembahan berhala Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr  yang merupakan orang-orang sholeh di zaman nabi Nuh. (QS. Nuh: 21-28)

2.    Nabi Ibrohim عليه السلام menghancurkan patung-patung sesembahan kaumnya.(QS. al-Anbiya’: 51-70) 

3.    Nabi Musa عليه السلام mengingkari penyembahan patung anak sapi. (QS.al-A’rof :148-155) 

4.    Begitu pula Rosulullah Muhammad ﷺ memerintahkan sahabat beliau mengingkari  penyembahan berhala Dzul Kholasoh,  Uzza, Latta, Manah dan lain-lainnya. Bahkan Beliau memerintahkan menghancurkan berhala-berhala tersebut setelah beliau memiliki kemampuan dan kekuasaan. Berikut rincian bukti-buktinya:

a.    Rosulullah ﷺ memerintahkan Jarir bin Abdillah رضي الله عنه untuk menghancurkan berhala Dzul Kholasoh.

عَنْ جَرِيرٍ، قَالَ: كَانَ بَيْتٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ يُقَالُ لَهُ ذُو الخَلَصَةِ ، وَالكَعْبَةُ اليَمانِيَةُ، وَالكَعْبَةُ الشَّأْمِيَّةُ، فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلاَ تُرِيحُنِي مِنْ ذِي الخَلَصَةِ»، فَنَفَرْتُ فِي مِائَةٍ وَخَمْسِينَ رَاكِبًا فَكَسَرْنَاهُ، وَقَتَلْنَا مَنْ وَجَدْنَا عِنْدَهُ، فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَدَعَا لَنَا وَلِأَحْمَسَ

Dari Jarir, dia berkata,”Ada sebuah rumah di zaman jahiliyyah, biasa disebut Dzul Kholasoh atau Ka’bah Yaman atau Ka’bah Syam, Maka Nabi ﷺ  berkata kepadaku,’Maukah engkau membebaskanku dari berhala Dzul Kholasoh.’ Maka akupun berangkat dengan 150 prajurit lalu kamipun menghancurkannya, dan membunuh orang-orang yang ada di sekitarnya, lalu kami mendatangi Nabi ﷺ dan mengabari beliau, kemudian beliau mendo’akanku dan orang –orang Ahmas (pasukannya).”(HR. Bukhori: 4355, Muslim: 2486)

b.    Rosulullah ﷺ memerintahkan Kholid bin Walid  رضي الله عنه untuk menghacurkan Uzza .

عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ، قَالَ: لَمَّا فَتْحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ إِلَى نَخْلَةٍ، وَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى، فَأَتَاهَا خَالِدٌ , وَكَانَتْ عَلَى ثَلَاثِ سَمُرَاتٍ، فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ، وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ عَلَيْهَا، ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا» , فَرَجَعَ خَالِدٌ، فَلَمَّا بَصُرَتْ بِهِ السَّدَنَةُ وَهُمْ حَجَبَتُهَا، أَمْعَنُوا فِي الْجَبَلِ , وَهُمْ يَقُولُونَ: يَا عُزَّى يَا عُزَّى، فَأَتَاهَا خَالِدٌ , فَإِذَا امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ , نَاشِرَةٌ شَعْرَهَا , تَحْتَفِنُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا، فَعَمَّمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ , فَقَالَ: «تِلْكَ الْعُزَّى»

Dari Abi at-Thufail, dia berkata,” Ketika Rosulullah ﷺ telah menaklukkan Mekkah maka beliau mengitus Kholid bin Walid ke Nakhlah, tempat keberadaan berhala Uzza. Kholidpun mendatanginya, ternyata dia berada di atas tiga buah pohon Samuroh, lalu kholid menebangnya dan menghancurkan rumah yang ada di atasnya, kemudian mendatangii Nabi ﷺ dan melaporkannya. Beliau berkata,’Kembalilah karena engkau belum berbuat apa-apa, lalu Kholid kembali. Ketika para juru kunci dan penjaga melihatnya, mereka mencari-cari ke gunung sambil berteriak,’Wahai Uzza wahai Uzza, lalu kholidpun mendatanginya, dan ternyata Uzza itu seorang wanita telanjang yang menguraikan rambutnya sambil menaburkan debu di atas kepalanya, maka kholid menebaskan pedang hingga membunuhnya, kemudian dia kembali menemui Nabi ﷺ dan mengabarinya. Beliau berkata,’Itulah Uzza.’” (HR. Nasa’I dalam as-Sunan al-Kubro: 11483, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnad : 902, Abu Nu’aim dalam Dalailun Nubuwwah: 463, al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah: 5/77, dishohihkan oleh Imam Dhiyau’ din al-Maqdisi dalam al-Ahadist al-Mukhtaroh no. 258, 259 (8/219-220) dan oleh imam al-Wadi’I (Syaikh Muqbil) dalam Shohihul Musnad Laisa fis  Shohihain no.535)

c.    Beliau ﷺ mengutus Kholid bin Walid dan  al-Mughiroh bin Syu’bah  رضي الله عنهما untuk menghancurkan Latta (Dalailun Nubuwwah li al-Baihaqi: 5/299-304(  Dalam riwayat lain beliau ﷺ memerintahkan Abu sufyan bin al-Harb dan al-Mughiroh bin Syu’bah رضي الله عنهما . (Siroh Ibni Hisyam:2/541-542 Maghozi oleh al-Waqidi: 3/968)

d.    Beliau ﷺ memerintahkan Ali bin Abi Tholib  رضي الله عنهmenghancurkan berhala Manah (Kitabul Ashnam oleh al-Kalbi hal. 15, Siroh Ibni Hisyam: 1/86), ada pula yang mengatakan bahwa beliau ﷺ memerintahkan Abu Sufyan bin Harb رضي الله عنه untuk menghancurkannya (siroh Ibni hisyam:1/86) Sementara Menurut riwayat lain beliau memerintahkan Sa’ad bin Zaid al-Asyhaly رضي الله عنه menghancurkan berhala ini.  (at-Thobaqot al-Kubro oleh Ibnu Sa’ad: 2/111-112, al-Maghozi oleh al-waqidi:2/870, Tarikh at-Tobari: 2/99-100)

5.    Umar bin Khottob رضي الله عنه yang menjadi kholifah beliau ﷺ tidak mentoleransi tempat-tempat yang dianggap keramat dan dianggap membawa berkah jika dibuat beribadah, padahal Rosulullah ﷺ tidak mengajarkannya. maKa beliau menghancurkan sarana tersebut seperti pohon  tempat diadakannya Bai’atur Ridhwan yang didatangi orang-orang untuk melakukan sholat.

عَنْ نَافِعٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَأْتُونَ الشَّجَرَةَ الَّتِي يُقَالُ لَهَا شَجَرَةُ الرِّضْوَانِ فَيُصَلُّونَ عِنْدَهَا. قَالَ: فَبَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَأَوْعَدَهُمْ فِيهَا وَأَمَرَ بِهَا فَقُطِعَتْ.

    Dari Nafi’, dia berkata,”Orang-orang mendatangi pohon yang bernama ar-Ridwan (tempat bai’at) lalu mereka sholat di sampingnya, maka sampailah beritanya ke Umar bin Khottob. Maka diapun mengancamnya dan memerintahkan memotongnya.”(at-Thobaqot Ibnu Sa’ad: 2/76, Mushonnaf Ibni Abi Syaibah: 8545, dishohihkan oleh Syu’aib al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Imam Ahmad: 39/81))

    Selain itu, tatkala pasukan yang dikirim Umar bin Khottob رضي الله عنه menaklukkan kota Tustar (sebuah kota di Khuzastan utara Ahwaz, Iran), mereka mendapati jasad Nabi Danial عليه السلام dikeramatkan untuk meminta hujan, maka Umar memerintahkan mengubur Jasad Nabi tersebut dan menyembunyikan kuburnya. (Siroh Ibni Ishaq hal. 66-67, Tarikh Thobari :4/93, Futuhul Buldan hal. 367-368)

6.    Begitu pula Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه memerintahkan menghancurkan patung sebagaimana Rosulullah ﷺ memerintahkannnya.

عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ «أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ»

Dari Abil Hayyaj al-Asadi, dia berkata,” Ali bin Abi Tholib berkata kepadaku,’Maukah kamu aku utus sebagaimana Rosulullah ﷺ mengutusku? Yaitu janganlah engkau tinggalkan berhala kecuali engkau hancurkan, dan jangan pula tinggalkan kuburan yang tinggi kecuali engkau ratakan.”(HR. Muslim:969)

7.    Para penguasa sholeh setelah para sahabat juga menghancurkan berhala-berhala, tercatat Sulthan Mahmud Subuktakin raja Ghoznah menghancurkan berhala Sumanath di India. (al-Bidayah wa an-Nihayah:12/29-30) 

    Maka demikianlah para Nabi dan orang-orang sholeh tidak membiarkan dan mentoleransi penyembahan berhala karena hal tersebut adalah musuh tauhid dan merupakan kemusyrikan dan kedzoliman kepada Allah ﷻ .

SYUBHAT KAUM SUFI DAN LIBERALIS SERTA JAWABANNYA.

    Iblis dan bala tentaranya dari syetan bangsa jin dan manusia tidak berhenti untuk menyebarkan kemusyrikan hingga saat ini. Orang-orang sufi dan para pengusung faham liberalis begitu gencar mempromosikan budaya kemusyrikan dan paganisme (penyembahan berhala) atas nama syari’at, toleransi agama dan pelestarian budaya. Mereka menyebutnya sebagai tempat ziarah dan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan

    Diantara alasan mereka adalah anggapan mereka bahwa para sahabat ketika menguasai Mesir pada zaman kholifah Umar bin Khottob dengan Amr bin ‘Ash sebagai gubernurnya tidak menghancurkan patung Sphinx, Begitu pula Nabi melewati perkampungan kaum Nabi Sholeh namun beliau tidak menghancurkan patung-patung mereka.

Syubhat ini dijawab oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan حفظه الله. Beliau berkata:

الصحابة لم يكسروا هذه الأشياء لأنها جبال ومَبانٍ وبيوت للسكنى, ولم تُبنَ للشرك والعبادة.

“Para Sahabat tidak menghancurkan patung-patung ini karena dia adalah gunung, bagunan-bangunan dan rumah tempat tinggal serta tidak dibangun untuk kemusyrikan dan beribadah.”(Arsip Multaqo Ahlil Hadist edisi ketiga :33/328, Maktabah Syamelah, http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=76353 )

Berikut Jawaban lain syubhat-syubhat tersebut:

1.    Dalil itu pada dasarnya berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah bukan berdasarkan perbuatan manusia. karena telah jelas perintah dari Rosulullah tentang penghancuran berhala  maka itulah hujjah, bukan sebaliknya. 

2.    Bisa jadi para sahabat telah berusaha menghancurkan berhala-berhala tersebut namun terlewatkan dan tidak tertulis oleh ahli sejarah dan riwayat.

3.    Para sahabat tidak memiliki kemampuan untuk menghancurkan berhala baik karena berhala tersebut jauh tidak berada di wilayah yang dikuasai sahabat walaupun sama-sama di Mesir. Atau karena berhala tersebut adalah gunung yang besar sehingga mereka tidak memiliki alat yang canggih untuk menghancurkannya. Sebagaii contoh adalah perbuatan para penguasa yang tidak mampu menghancurkan berhala-berhala tersebut. Ar-Rosyid hendak menghancurkan istana Kisro namun tidak mampu. Begitu pula al--Makmun mau menghancurkan piramida di Mesir namun tidak mampu. (Muqoddimah Ibnu Khaldun: 2/13-14)

4.    Kebanyakan berhala-berhala tersebut terpendam  dalam bumi ketika zaman sahabat. Al-Maqrizi  رحمه الله berkata:

وعند الأهرام رأس وعنق بارزة من الأرض في غاية العظم تسميه الناس: أبا الهول، ويزعمون أن جثته مدفونة تحت الأرض

“Di samping Piramida-piramida ini terdapat kepala dan leher yang sangat besar yang muncul dari dalam tanah, orang-orang biasa menyebutnya Abul Haul (Sphinx), dan mereka mengakui kalau badannya terkubur dalam tanah.”(al-Mawaidh wal I’tibar bi Dzikril Khuthoth wal Atsar hal.229)

5.    Sedangkan Nabi ﷺ melintasi perkampungan Nabi Sholih dan tidak menghancurkan berhala-berhala kaum Sholeh terjawab sebagai berikut:

a.    Yang tersisa dan nampak dari perkampungan Nabi Sholih adalah hanya rumah-rumah belaka bukan berhala-berhala karena sudah dihancurkan oleh Allah ﷻ sebagaimana keadaan kaum ‘Ad

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)

“(Angin) yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.”(QS.al-Ahqof: 25)

b.    Rosulullah melarang memasuki perkampungan kaum sholih kecuali dalam keadaan menangis.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلاَءِ المُعَذَّبِينَ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ فَلاَ تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ، لاَ يُصِيبُكُمْ مَا أَصَابَهُمْ»

Dari Abdullah bin Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا,’Bahwasanya Rosulullah ﷺ bersabda,’Janganlah engkau masuk (perkampuangn) mereka yang diadzb kecuali dalam keadaan menangis, jika kalian tidak mengis maka janganlah masuk, jangan sampai kamu tertimpa seperti apa yang menimpa mereka.’”(HR. Bukhori: 433, Muslim: 2980)

Oleh sebab itu bagaimana mereka menghancurkannya bila masuk saja dilarang?

PEMEGANG WEWENANG DALAM MENGHANCURKAN SIMBOL PAGANISME.

    Yang perlu perhaitikan agar tidak terjadi fitnah yang lebih besar dan agar terwujud maslahat dakwah adalah bahwa yang berwenang menghancurkan berhala-berhala, kuburan-kuburan dan patung-patung yang disembah adalah penguasa kaum muslimin, bukan individu kaum muslimin yang tidak memiliki kekuasaan atau perintah dari penguasa.

    Syaikh Sholih al-Fauzan حفظه الله ditanya:

يوجد في بلادنا مباني على شكل مساجد مبنية على قبور أولياء ولكن لا يصلى فيها ولا يعمل فيها شيء بل هي مغلقة وكانت في السابق تقام فيها الزيارات السنوية والآن توقفت .. فهل يجب هدمها أم تركها ؟

“Di negeri kami terdapat bangunan-bangunan berbentuk masjid yang di bangun di atas kubur-kubur para wali, tapi tidak dibuat sholat atau kegiatan lain namun tertutup, dahulu dipakai ziaroh tahunan tapi sekarang telah berhenti, apakah wajib menghancurkannya atau membiarkannya?”

    Maka beliau حفظه الله menjawab:

يجب هدمها ولا يجوز تركها ، لكن ما يهدمها إلا أهل السلطة ، لا يهدمها إلا ولي الأمر ، ما يجوز لأفراد الناس يهدموها ، لأن هذا يحدث فتنة وشر ، يهدمها ولي الأمر ، ولي أمر المسلمين بمشورة أهل العلم .. نعم .

“Wajib menghancurkannya dan tidak boleh membiarkannya, namun yang menghancurkannnya adalah penguasa atau waliyul amr, tidak  boleh orang-perorang menghancurkannya karena akan menimbulkan fitnah dan kerusakan, yang menghancurkannya adalah waliyyul amr yang menguasai  pemerintahan kaum muslimin dengan konsultasi para ulama’ (ahli Ilmu).” (http://www.albaidha.net/vb4/showthread.php?t=37515)

    Para penguasa dalam melakukan tugas ini harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi kaum kafir sebagaimana Rosulullah telah memilikinya ketika beliau telah menakukkan kota mekkah. Di samping itu disyaratkan pula tidak adanya penghalang yang menghalanginya sebagaimana Rosulullah yang tidak membangun ka’bah dengan segera di atas pondasi Ibrohim karena menimbang maslahat dan mafsadatnya serta kekawatiran timbulnya fitnah berupa protes dan penolakan kaum Quraisy yang baru saja masuk Islam.

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَوْلَا حَدَاثَةُ عَهْدِ قَوْمِكِ بِالْكُفْرِ لَنَقَضْتُ البَيْتَ)الْكَعْبَةَ(، وَلَجَعَلْتُهَا عَلَى أَسَاسِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، فَإِنَّ قُرَيْشًا حِينَ بَنَتِ الْبَيْتَ اسْتَقْصَرَتْ، وَلَجَعَلْتُ لَهَا خَلْفًا»،

Dari Aisyah, dia berkata,”Rosulullah ﷺ berkata kepadaku,’Sekiranya bukan karena kaummu baru saja terbebas dari kekafiran pasti aku akan merobohkan Ka’bah dan membangunnya kembali di atas pondasi Ibrohim عليه السلام, karena orang Quraoisy ketika membangun Ka’bah, mereka membatasinya (tidak menyempurnakan) dan aku akan membuatkannya pintu dari belakang.’”)HR. Bukhori:1585, Muslim:1333)

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Pagi di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Senin,13 Jumadil Ula 1437 H/ 22 Pebruari 2016 M


Referensi:
1.    Al-Qur’an Al-Karim, Maktabah Syamelah.
2.  Al-Bidayah wa an-Nihayah, Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurosyi, tahqiq Muhammad Husain Syamsuddin, Darul Fikri, 1407 H/1986 M, Maktabah Syamelah.
3.   Al-Mawaidh Wal I’tibar Bi Dzikril Khuthoth Wal Atsar, Ahmad bin Ali bin Abdul Qodir Taqiyyuddin al-Maqrizi, Darul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, cet pertama, 1418 H, Maktabah Syamelah.
4.  Al-Ahadist al-Mukhtaroh, Dhiy’uddin Abu Abdillah Muhammmad bin Abdul Wahid al-Maqdisi, Tahqiq: Dr. Abdul Malik bin Abdillah bin Duhaisy, Dar Khidir, Beirut, Libanon, cet. Ketiga, 1420 H/2000 M, Maktabah Syamelah.
5.    At-Thobaqot al-Kubro, Abu Abdillah Muhammad bin Sa’ad, tahqiq Muhammad bin Abdul Qodir Atho, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet pertama, 1410 H/1990 M, Maktabah Syamelah.
6.    Al-Kitab al-Mushonnaf fil Ahadist wal Atsar, Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah, Kamal Yusuf al-Haut, Maktaba ar-Rosyad, Riyadh, cet. Pertama, 1409 H, Maktabah Syamelah.
7.    Al-Maghozi, Muhammad bin Umar bin Wahid as-Sahmi abu Abdillah al-Waqidi, tahqiq Marsidan Junus, Darul ‘Alami, Beirut, cet. Ketiga, 1409 H/1989, Maktabah Syamelah.
8.    As-Siroh an-Nabawiyyah, Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub al-Himyari al-Mu’afiri Abu Muhammad Jamaluddin, Tahqiq Mustofa as-Saqo, Ibrohim al-Abyari, Abdul Hafidz as-Syalbi, Syirkah Maktabah wa Matba’ah Mustofa al-Babi al-Halabi, Mesir, cet.kedua, 1375 H/1955 M, Maktabah Syamelah.
9.    As-Sunan al-Kubro, Abu Abdir rohman Ahmad bin Syu’aib bin Ali al-Khurosani an-Nasa’I, tahqiq: Hasan Abdul Mun’im Syalbi, Isurof Syu’aib al-Arnauth, taqdim Dr Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, Muassasah ar-Risalah, Beirut, cet. Pertama, 1421 H/2001 M, Maktabah Syamelah.
10.    Dalalilun Nubuwwah, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah bin Ahmad bin Ishaq bin musabin Mihron al-Ashbahani, tahqiq: Dr Muhammad Rowwas Qol’ah Ji, Abdul Bas Abbas, Darun Nafais, Beirut, cet. Kedua, 1406 H/1986 M, Maktabah Syamelah.
11.    Dalailun Nubuwwah, Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa al-Kuhsroujirdi al-Khurosani Abu Bakar al-Baihaqi, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet. Pertama, 1405 H. Maktabah Syamelah.
12.    Futuhul Buldan, Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Dar wa Maktabah al-Hilal, Beirut, 1988 M, Maktabah Syamelah.
13.   Kitabul Ashnam, Abul Mundzir Hisyam bin Muhammad al-Kalbi, tahqiq Ahmad Zaki Basya, darul Kutub al-Misriyyah, Kairo, cet. Keempat, 2000 M, Maktabaha syamelah.
14.    Musnad Abi Ya’la, Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin al-Matsuni bin Yahya bin Isa bin Hilal at-Tamimi al-Mushili, tahqiq: Husain Salim Asad, Darul Makmun li at-Turots, Damaskus, cet. Pertama, 1404 H/1984 M, Maktabah Syamelah.
15.    Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal as-Syaibani, tahqiq Syu’aib al-Arnauth, adil Mursyid, dll, Isyrof Dr Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, Muassasah ar-Risalah, cet. Pertama, 1421 H/2001 M, Maktabah Syamelah.
16.    Muqoddimah Ibnu Khaldun, Waliyyuddin Abdur Rohman bin Muhammad Ibnu Khaldun, Tahqiq Abudullah Muhammad Darwis, Darul Balhi dan Maktabah Hidayah, Damaskus, cet. pertama, 1425 H/2004 M.
17.    Shohih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj Abul Hasan al-Qusyairi, Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Ihya’ut Turots, al-Arobi, Beirut, Maktabah Syamelah.
18.    Shohih al-Bukhori, Muhammad bin Ismail abu Abdillah al-Bukhori al-Ju’fi, tahqiq: Muhammad Zahir bin Nashir an-Nashir, Dar Thouqin Najah, cet pertama, 1422 H. Maktabah Syamelah.
19.    Siroh Ibni Ishaq, Muhammad bin Ishaq, tahqiq Suahail Zakar, darul Fikri, Beirut, cet. Pertama, 1398 H/1978 M, Maktabah Syamelah.
20.    Tarikh at-Tobari, Muhammad bin Jarir Abu Ja’far at-Tobari, Darut Turots, Beirut, cet. Kedua, 1387 H, Maktabah Syamelah.
21.    www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=76353
22.    www.albaidha.net/vb4/showthread.php?t=37515



2 komentar:

  1. Lalu bagaimana ustadz mengenai surat Al An'am ayat 108, yang melarang memaki sesembahan agama lain?. kalau dihubungkan dengan yang ustadz terangkan bagaimana penjelasannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayat yg antum maksud adalah:

      وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

      Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allâh, karena mereka nanti akan memaki Allâh dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. [al An’âm/6:108]

      sebagaimana yg saya jelaskan dalam artikel bahwa wewenang menghancurkan sesembahan orang kafir adalah penguasa muslim yg mempunyai kemampuan dg mempertimbangkan maslahat dan mafsadatnya. jika penguasanya tidak mempunyai kemampuan atau mafsadatnya lebih besar tentu ayat tersebut lebih didahulukan.

      Hapus

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.